Categories: , , , , , ,

School Bus [Ficlet]


school-bus-sasphire

Title                   :           School Bus
Author             :           pearlshafirablue®
Main Cast(s)   :           Victoria Song [f(x)] – Kim Jongwoon [SJ]
Other Cast(s)  :           Park Jungsoo [SJ]
Length              :           974 Words – Ficlet
Genre                :           Romance – Sad
Rating               :           Teen

Disclaimer       :
All of the characters are God’s, themselves’ and their agency’s. But the story and the plot is mine. I don’t make money for this®

A/N                 :
By the way, this story is based on true story♥ I’m waiting for your review and comment. Thank you♥

Poster by Sasphire

pearlshafirablue® 
            Bisa kulihat kau dari kejauhan. Menatap tanah dengan tatapan nanar. Entah sedih, kecewa, kesal, atau mungkin ketiga-tiganya. Entahlah, aku tidak tahu.

Tapi kurasa aku tahu alasannya. Mengapa kau memandang kami berdua, aku dan Park Jungsoo—suamiku, yang baru saja mengikat janji sehidup semati dua jam yang lalu, dengan tatapan sedih seperti itu.

Siapa yang tahu bahwa akhirnya akan seperti ini. Aku mencintai Jungsoo, dan bukan kamu. Padahal aku masih ingat sekali janjiku hari itu, ketika kita berdua masih duduk di kelas 2 SMP, ketika kamu masih sedingin es, dan ketika aku masih mencintaimu.

Andaikan saja dulu kau tau. Betapa besarnya cintaku padamu. Betapa sabarnya aku mengejarmu. Betapa lamanya aku menunggumu mau menoleh ke arahku. Kau tidak tahu kan? Iya kan?

Kau seperti patung saat aku mengajakmu ngobrol. Hanya mengangguk, atau menggeleng. Seolah-olah jawaban itu cukup untukku yang sangat mencintaimu. Kau tahu aku mencintaimu. Tidak. Tidak hanya kau. Bahkan seantero sekolahpun tahu bahwa aku, Choi Seolri, cinta mati padamu, Kim Jongwoon.

Kau tahu, betapa lamanya aku mengejarmu. Sejak kita bertemu pertamakali di bangku SMP. Sejak kita dipertemukan dalam satu grup saat study tour ke Busan. Sejak kita masuk klub yang sama—yah meskipun aku sangat benci basket dan terpaksa masuk klub itu karenamu—dan sejak saat itu, ketika aku mendapatkan hukuman karena mendapat score jelek dalam quiz dan harus mengungkapkan cinta pada namja yang paling aku suka di sekolah.

“Hmm... Jongwoon-ah. Em... a-aku... aku... aku ingin mengucapkan sesuatu kepadamu. Em... ini tidak berhubungan dengan pelajaran tapi aku harap kau mendengarkanku. Karena ini penting. Em... aku... aku... aku mencintaimu Kim Jongwoon. Jeongmal saranghaeyo.

Bahkan aku masih mengingat perkataanku saat itu. Dan masih melekat pula reaksimu atas pernyataanku saat itu. Diam. Membeku. Tanpa berkata apa-apa. Dan pergi begitu saja meninggalkanku.

Menangis. Kurasa saat itu aku hanya ingin menangis, tidak ada yang lain. Hingga akhirnya kuhabiskan waktu istirahat makan untuk menangis di toilet sepuas-puasnya.

Aku kekanak-kanakan kan? Ya, aku tahu. Seperti seorang gadis cilik yang permennya dirampas oleh anak lain. Dan ia hanya bisa menangis sambil memanggil eommanya. Ironis memang.

Hingga akhirnya kita kembali dipertemukan di SMA yang sama. Di kelas yang sama, pula. Dan dengan perasaan yang sama. Aku mencintaimu, sedangkan kau tidak.

Dan saat itu beredar isu bahwa kau menjalin hubungan dengan Park Jiyeon. Si yeoja barbie yang memang tidak pantas jika dibandingkan denganku. Tapi aku tidak akan menyerah. Aku tahu sekali bahwa yeoja sombong sepertinya bukan tipemu. Ya, aku akan berjuang.

Tapi kurasa, aku sudah tidak bisa menahan perasaan ini lagi saat pesta kelulusan SMA. Aku melihat sendiri. Wajahmu yang memerah dan matamu yang sayu itu karena pengaruh alkohol itu, berada dekat sekali dengan wajah Jiyeon. Kau terus-terusan memeluknya, merangkulnya, dan final-nya, kau menciumnya. Dihadapanku. Yang saat itu hanyalah pemujamu.

Aku menangis lagi. Tentu saja. Tapi aku mencoba untuk tetap calm down mengingat bahwa saat itu kau hanya mabuk. Dipengaruhi alkohol. Dan aku tahu, itu bukan kau yang sebenarnya.

Tapi siapa yang tahu. Bahwa selama ini kau hanya menganggapku angin lalu.

Besoknya beredar fotomu dan Jiyeon. Berpose di kamar tidur dengan wajah bernafsu dan half naked. Saat itu aku sadar. Ini semua sudah cukup. Ini semua sudah cukup menjelaskan bahwa kau sama sekali tidak mencintaiku. Dan kau tidak pernah menganggapku ada di dunia ini. Hingga akhirnya, seminggu kemudian aku memutuskan untuk pergi jauh darimu. Meninggalkan beasiswaku di Universitas National Seoul dan pergi ke Inggris. Menemui oppa-ku yang mengurus pekerjaan appa-ku disana, dan melanjutkan studiku di Universitas Oxford.

Dan kurasa keputusanku untuk pindah ke Inggris, sangatlah benar. Karena disana aku bertemu Dennis Park—atau Park Jungsoo, seorang namja baik dan berhati mulia. Jungsoo juga berasal dari Korea. Dia 2 tahun lebih tua daripada aku. Dan aku rasa dia mencintaiku.

Perlahan aku bisa menghapus bayangmu dari otakku. Dan kuputuskan untuk kembali ke Korea, dan melanjutkan hidupku bersama Jungsoo disana. Hingga akhirnya Jungsoo melamarku. Dan aku sudah memutuskan untuk menjadi istri Jungsoo.

Hingga akhirnya kau datang lagi ke hidupku. Tapi tidak dengan kebencian seperti dulu. Kini kau datang dengan hati, dengan cinta.

Kau mengejarku persis seperti aku mengejarmu dulu.

Tapi bukankah seharusnya aku bahagia? Kau mencintaiku. Doaku didengar Tuhan, tapi... pada waktu yang salah.

Saat itu aku sudah punya Jungsoo dan tidak ada niat secuilpun dalam hatiku untuk kembali padamu. Meskipun kau merengek-rengek. Tidak. Tidak untuk yang kedua kalinya. Aku tidak akan jatuh ke lubang yang sama lagi.

Sekarang kau tahu kan? Inilah rasanya. Rasanya mengejar mobil dengan kecepatan 20 km/jam. Rasanya menunggu orang yang sudah meninggal untuk kembali. Rasanya sakit ketika kita ditusuk dengan gergaji kayu yang sangat tajam.

Maafkan aku, Kim Jongwoon. Ini bukan salahmu karena mencintaiku. Ini salah waktu. Kurasa, benar kata orang, waktu adalah musuh utama kita.

Ketika aku berlari untuk mengejarmu, kau tidak berbalik, dan aku tahu hal itu. Tapi ketika aku lelah untuk mengejarmu yang semakin kencang berlari, dan aku berpaling ke belakang untuk menemukan orang lain, kau berbalik. Memandangku dengan tatapan nanar. Memandangku berharap aku berbalik dan kembali kepadamu.

Ini seperti ketika kau berangkat ke sekolah. Ketika bus sekolah tiba di depan rumahmu, dan menunggu kau keluar. Tapi ketika sang supir sudah tidak sabar karena kau tidak segera keluar, bus itu akan meninggalkanmu. Dan kau harus mengejar bus itu. Lelah. Letih. Dan tidak akan ada satupun bus yang akan meluangkan waktunya hanya untuk sekedar menjemputmu kembali. Dan kau terpaksa berjalan kaki sampai ke sekolah. Ya, memang melelahkan, tapi seperti itulah kehidupan. Antara aku, kamu, dan dia.

pearlshafirablue®
The End

 
Dazzling © 2012 | Designed by Canvas Art, in collaboration with Business Listings , Radio stations and Corporate Office Headquarters