Categories: , , , ,

FAILED REVENGE [1/10]


poster by illuth@parkkyuri.wordpress.com


CHAPTER 1 [LEETEUK]

            Namaku Park Jungsoo, lebih dikenal sebagai Leeteuk yang berarti ‘spesial. Ya, aku memang terlahir spesial. Tapi bukan spesial yang berarti berkebutuhan khusus loh ya, aku spesial dalam arti yang sesungguhnya. Dianugrahi wajah tampan, lesung pipit, dan kepribadian yang baik yang kumaksud dengan spesial.

            Aku percaya bahwa di Korea tidak ada satupun orang yang tidak mengetahuiku. Ya, aku adalah leader dari sebuah grup rintisan SM Entertainment, Super Junior 05. Kalian semua mengetahuinya kan? Tentu saja. Aku sangat yakin untuk hal ini. Dan bila kalian menjawab tidak, aku yakin pasti kalian ketiduran selama bertahun-tahun sehingga tidak mengetahui kami.

            Grupku ini baru-baru saja debut dengan single pertama kami, Twins. Tetapi penampilan kami sudah berhasil menyita perhatian orang seluruh Korea. Padahal saat trainee dulu aku sudah nyaris ingin kabur saking sedihnya karena tidak debut-debut. Tapi ternyata usahaku selama 5 tahun ini membuahkan hasil yang sebanding.

            Seluruh anggota di grupku berjumlah 12 orang. Selain aku ada si 4D aneh bernama Kim Heechul. Kemudian si namja China yang bahasa Koreanya tidak lebih baik dari anak TK, Tan Hangeng a.k.a Hankyung. Si kepala besar yang bersuara emas, Kim Jongwoon a.k.a Yesung. Si pemabuk tidak tahu malu, Kim Youngwoon a.k.a Kang In. Si gembul yang jago menari, Shin Dong-hee. Si gigi kelinci penyuka warna pink Lee Sungmin. Si ikan playboy tampan Lee Donghae. Si monyet yadong kelebihan gusi Lee Hyukjae a.k.a Eunhyuk. Si bocah sempurna pewaris tunggal hyundai, Choi Siwon. Si jago masak yang suaranya daebak, Kim Ryeowook. Dan yang terakhir adalah Kim Kibum, maknae tampan yang senyumnya bisa membunuh ribuan yeoja yang melihatnya.

            Kalau aku... hanya leader biasa yang menurut semua orang memiliki hati yang sangat mulia. Oleh karena itulah aku berhasil mendapatkan gelar Angel Without Wings di Super Junior 05.

***

            Pagi ini adalah pagi yang cerah sekali, burung-burung menyanyi riang dan angin berhembus sepoi-sepoi, cocok sekali menjadi latar untuk kegiatan yang akan kami lakukan pagi ini.

            Ya, hari ini kami akan ada show di Mnet Countdown. Aku dan kesebelas dongsaengku sedang bersiap-siap menuju ke sana.

            “Ya! Kalian lama sekali! Aku sudah menunggu lebih dari setengah jam!” Seruku sebal karena mereka memang lelet sekali.

            “Sabarlah, hyung. Kita harus tampil maksimal kan?” Tiba-tiba Donghae keluar dari kamarnya diikuti dengan Eunhyuk di belakangnya.

            “Tidak ada hubungannya, Donghae-ah.” Ujarku.

            “Terserah kau lah, hyung.” Donghae menggendong tasnya dan berjalan melintasiku.

            “Semua sudah siap? Ayo kita berangkat.” Prince Manager muncul dari balik pintu. Kami semua langsung mengambil tas dan mengikuti Prince Manager ke lapangan parkir basement.

            Aku, Donghae, Eunhyuk, Heechul, Ryeowook dan Yesung di tempatkan dalam van pertama. Sisanya ada di van kedua. Aku mengambil iPod dan menyalakan musik. Di sudut mataku aku bisa melihat Heechul sibuk dengan cerminnya, sementara Donghae membaca buku, Eunhyuk mengambil posisi tidur, dan Ryeowook serta Yesung mengetes suara. Mereka bernyanyi-nyanyi menyamakan suara mereka. Aku kembali menghadap depan. Tess... setitik air jatuh membasahi kaca depan van yang kami tumpangi. Hujan. Padahal tadi pagi suasananya begitu cerah. Semoga ini bukan pertanda buruk.

            30 menit telah berlalu. Akhirnya kami sampai di depan gedung Mnet. Aku langsung mengenakan topi dan kacamata hitamku saat akan turun. Kami sedikit terlambat karena Eunhyuk sulit sekali dibangunkan. Terpaksa Prince Manager menyiramkan wajahnya dengan air hujan. Donghae tak berhenti tertawa melihat temannya itu marah-marah gara-gara dibangunkan dengan cara yang tidak terhormat.

            “Hyung, bagaimana kalau penampilan kita hari ini jelek?” Aku menoleh ke arah Ryeowook. Dongsaeng berwajah polosku itu tampak sangat cemas. Aku tersenyum.

            “Ani, Wook-ah. Kita pasti bisa. Kita sudah berusaha kan?” Ujarku meyakinkannya. Ia hanya mengangguk. “Ayo kita berdoa dulu.” Aku mengajak dongsaeng-dongsaengku itu mengumpul jadi satu. Kami berdoa untuk kesuksesan acara ini.

***


            “Sudah kubilang, hyung. Semua ini nggak bakalan seperti yang kita inginkan.” Tutur Ryeowook. Diwajahnya tersirat rasa malu dan kecewa. Tidak berbeda dengan wajah Donghae yang berada di sebelahnya.

            “Kenapa sih terjadi hal begini di panggung mnet pertama kita? Sial.” Umpat Eunhyuk kesal. Aku tidak menanggapinya. Otakku langsung memutar ulang kejadian di panggung tadi.

            Di awal-awal lagu penampilan kami sangat lancar. Tidak ada yang melakukan kesalahan. Kami membuat seluruh penonton yang ada disitu terkesima.

            Tetapi, musibah terjadi saat pertengahan lagu. Tiba-tiba musik mati. Beberapa dari kami ada yang melanjutkan menari dan menyanyi tapi ada juga yang berhenti. Sehingga saat musik dinyalakan lagi tarian kami tidak kompak dan tidak sinkron dengan musiknya. Saat itu terdengar teriakan mengejek dari bangku penonton. Kami berhenti menari dan langsung membungkuk, berlari ke belakang panggung. Kami benar-benar malu saat itu.

            “Kita harus protes sama staff audionya.” Seru Eunhyuk masih terlihat kesal.

            “Sabarlah, Hyuk. Tidak semuanya kesalahan staff-nya.” Donghae menenangkan teman di sebelahnya itu.

            “Tapi kita malu banget, Hae-ya! Bagaimana kalau Soo Man-nim marah-marah dan kita dikeluarkan dari SM?” Kemarahan Hyuk semakin membara.

            “Kau terlalu berlebihan, Hyuk. Tidak mungkin hanya karena ini kita dikeluarkan dari SM.” Balas Yesung cuek.

            “Tapi, hyung... mungkin—”

            “Sudah berhenti!” Bentakku. Eunhyuk langsung diam. “Kalian ini sudah keadaannya seperti ini masih saja bertengkar. Aku sudah sangat pusing memikirkan kejadian tadi! Ditambah lagi dengan pertengkaran kalian,” lanjutku sambil melepas earphone-ku. “Hyuk, disini yang sebal dan malu tidak hanya kau. Semuanya! Jadi berhenti marah-marah tidak jelas dan dinginkan kepalamu!”

            “N-ne, hyung.” Ucap Eunhyuk sambil menunduk.

            Ckitttt!!!!! Tiba-tiba tubuhku langsung terlempar ke depan. Kepalaku membentur dashboard mobil. Sial, sakit sekali.

            “Ya! Ada apa, pak? Kenapa berhenti mendadak gitu?” Seru Donghae dari bangku belakang. Kepalaku masih terasa pusing.

            “Mi-mian. Itu... ada seorang yeoja di depan mobil.” Ujarnya terbata-bata. Aku langsung mengangkat kepalaku ke depan. Ya, memang benar. Ada seorang yeoja berdiri tepat di depan van kami sambil membawa sebuah poster besar. Yeoja itu tersenyum.

            “Apa-apaan sih yeoja itu? Ayo kita turun, hyung.” Eunhyuk membuka pintu mobil. Aku langsung ikut turun sebelum kejadian yang tidak diinginkan terjadi.

            “Apa yang kau lakukan disini? Siapa kau?” Tanya Eunhyuk. Tidak terlalu keras tapi tetap saja ada nada kesal dalam suaranya.

            “Mi-mianhae.” Yeoja itu menunduk. “Hye Jung imnida. Aku berusaha memanggil kalian semua tadi tapi van kalian keburu jalan. Jadi terpaksa aku berdiri di tengah jalan agar kalian mau berhenti.” Lanjut yeoja yang bernama Hye Jung ini. Kulihat ke arah poster yang dia bawa. Gambar kami.

            “Apakah kamu seorang ELF?” Tanyaku pelan. Hye Jung mengangguk.

            “Ne! Aku sangat mengagumi kalian. Tapi sayang sekali tadi aku tidak bisa menonton show kalian di mnet tadi.” Lanjutnya. “Bagaimana tadi penampilan kalian? Lancar?” Tanyanya dengan girang. Kami semua langsung diam membeku. Tidak ada yang berani menjawab termasuk Heechul yang biasanya frontal.

            “Itu bukan urusanmu.” Tiba-tiba Hyuk bersuara. Wajahnya tampak benar-benar kesal. Dia memang sedang badmood sekali. “Lagian apa sih yang kamu lakukan? Kamu gila ya? Kalau supir kami tidak menyadari keberadaanmu aku yakin sekarang kamu sudah mati terlindas! Tak bisakah kamu mencari cara lain untuk bertemu kami?” Kini nada suara Hyuk meninggi. Kusenggol rusuknya tapi ia tetap tidak menghiraukannya.

            “Ne. Perbuatanmu terlalu nekat, Hye Jung-ah. Lebih baik sekarang kamu pulang.” Yesung menambahkan.

            “Mianhae...” Yeoja itu kembali menunduk. “Tapi bisakah aku meminta tanda tangan dan foto kalian?” Tanya yeoja itu.

            “Ani. Aku sedang tidak mood.” Jawab Hyuk berjalan kembali ke arah van.

            “Mianhae, Hye Jung-ah. Kami benar-benar sedang kesal sekarang, lebih baik kau pulang.” Ujar Donghae, mengikuti Hyuk ke arah mobil. Begitu juga dengan Yesung dan Heechul. Tersisa aku dan Ryeowook.

            “Oppa...” Yeoja itu menarik lengan bajuku. “Ada apa dengan mereka semua? Mereka kenapa?” Tanyanya melas.

            “Gwenchana, Hye Jung-ah. Mereka hanya tidak senang dengan show tadi.” Jawabku selembut mungkin.

            “Tapi aku ingin tanda tangan kalian!” Serunya. Aku dan Ryeowook bertatapan.

            Tiba-tiba terdengar klakson mobil. Kami menoleh ke belakang.

            “Cepat sedikit, hyung! Aku ingin beristirahat!” Seru Eunhyuk dari dalam van. Aku menoleh ke arah yeoja tadi.

            “Mianhae, Hye Jung. Mungkin lain kali.” Ujar Ryeowook sambil memegang pundak yeoja itu.

            “Jebal... ini adalah hari terakhirku di Seoul. Aku sudah tidak akan bisa melihat kalian secara langsung lagi seperti ini.” Paksa yeoja ini menarik-narik lengan bajuku dan Ryeowook. Ryeowook sudah tampak sebal.

            “Sudah kubilang kan, lain kali? Mood kami tidak sedang baik disini. Lebih baik kau pulang saja. Mungkin kita akan bertemu lagi suatu saat nanti. Annyeong, Hye Jung-ah.” Ryeowook menarik tanganku ke arah van. Aku menoleh ke arah Hye Jung. Wajahnya menyiratkan kekecewaan yang besar. Aku tidak tega tapi aku memang benar-benar sedang kesal. Aish, kenapa aku dilahirkan menjadi orang baik?

            “Menyebalkan sekali yeoja itu.” Gumam Wook saat kami semua sudah sampai di van.

            “Ne. Dia datang saat kita sedang sangat kesal.” Imbuh Hyuk. Van kami kembali berjalan. Melewati yeoja tadi yang masih memandang kami dengan tatapan kecewa. Aku kembali meraba-raba keningku yang terbentur tadi. Aish, benjol.
            Hujan kembali turun. Kini lebih deras daripada tadi. Jalanan di depan sudah nyaris tidak kelihatan.

            “Pak, perhatikan benar-benar lampu merahnya. Hujan seperti ini banyak terjadi kecelakaan.” Ujarku. Sang supir mengangguk.

            Van kami berjalan dengan kecepatan yang diturunkan. Ya, takut terjadi hal-hal buruk yang tidak diinginkan. Aku memandang ke arah Hyuk yang bersandar pada pegangan pintu sambil menatap keluar jendela. Dongsaengku yang satu itu memang susah mengontrol emosinya. Wajahnya benar-benar tampak kesal. Iya sih, siapa juga yang tidak kesal kalau terjadi kesalahan seperti tadi? Aku masih memandang wajahnya. Ada yang janggal. Lama kelamaan wajah Hyuk menegang. Matanya membulat, mulutnya menganga tetapi masih menatap ke luar jendela. Seolah-olah ada hantu diluar sana.

            “PAK AWAS!!!!!” Tiba-tiba ia berteriak. Aku langsung terkejut. Tidak sempat aku menyadari apa maksudnya, terdengar bunyi yang sangat keras.

            BRRAAAAKKK!!!!!!! Sesuatu yang besar menghantam bagian kanan van kami. Kudengar teriakan Ryeowook dan Heechul dari belakang. Bisa kurasakan kalau sekarang van kami terguling. Aku menutup seluruh wajahku dengan tangan karena pecahan kaca depan van kami terus menghujaniku. Van kami masih belum berhenti berguling. Badanku terlempar-lempar ke kanan dan ke kiri. Kudengar desahan-desahan dongsaeng-dongsaengku menahan sakit.

            “Aaakkhh!!!” Kudengar jeritan Hyuk tepat saat van berhenti berguling. Keadaan van sekarang benar-benar parah. Bagianku berada di bawah dan bagian Hyuk serta sang supir berada di atas. Hujan memasuki van kami melewati kaca jendela supir yang sudah bolong.

            “Ka-kalian tidak kenapa-napa?” Tanyaku merangkak dengan susah payah ke arah mereka karena tubuh sang supir menggencet sebagian tubuhku.

            “G-gwenchana... tapi, Eunhyuk tidak sadarkan diri!” Terdengar teriakan Donghae dari belakang. Wajahnya bersimbah darah. Tapi masih tidak lebih buruk dibanding Eunhyuk yang sebagian besar tubuhnya benar-benar terkoyak. Posisinya tadi adalah posisi yang bersentuhan langsung dengan kendaraan yang menabrak kami tadi.

            “Hyung, tanganku sakit sekali. Jinjja...” Terdengar isakan Ryeowook dari belakang. Memang benar tangannya dipenuhi dengan cairan merah segar.

            “Kakiku tidak bisa digerakkan...” Kali ini Heechul yang bersuara. Jantungku langsung terasa berhenti berdetak melihat keadaan dongsaeng-dongsaengku yang semiris ini.

            “Lebih baik ayo kita segera keluar dari sini! Aku takut mobil ini bakalan meledak!” Seruku sambil meraih perseneling sebagai tempat berpegangan.

            Donghae dan Yesung berusaha mendobrak pintu samping kanan yang sudah hancur sebagian. Akhirnya terbuka. Donghae menarik tubuh Hyuk dan langsung melemparkannya keluar. Ia juga menarik Heechul yang kakinya tersangkut pada kursi. Benar-benar perjuangan antara hidup dan mati. Aku juga berusaha melepaskan diri dari tubuh sang supir yang tampaknya tidak sadarkan diri. Sial, sulit sekali. Supir ini benar-benar gemuk.

            Hujan kini berhenti. Sial, kenapa saat seperti ini hujannya malah berhenti? Kemungkinan meledak semakin besar.

            “Semuanya sudah berhasil keluar?” Tanyaku menatap ke arah bangku belakang. Heechul masih berkutat dengan kursi yang menjepitnya.

            “Baru Hyuk dan Yesung hyung! Yesung hyung sedang mencari pertolongan!” Seru Donghae dengan susah payah membantu Heechul terlepas. Tapi benar-benar sulit. Donghae sudah tampak kehabisan tenaga. Begitu juga denganku yang masih melepaskan diri dari badan sang supir. Sial, aku menyerah.

            “Pegang tanganku!” Tiba-tiba aku mendengar suara seorang yeoja. Aku menoleh ke atas. Mataku langsung membulat terkejut. Hye Jung mengulurkan tangannya sambil menatapku nanar.

            “K-kau?” Aku masih belum bisa percaya. Aku mengucek mataku dengan kedua tanganku yang sudah berlumuran darah.

            “Oppa! Pegang tanganku! Cepat! Jebal!” Serunya lagi. Tanpa banyak ba-bi-bu aku menerima uluran tangannya dan berusaha sekeras mungkin lepas dari tubuh supir sialan ini. Tapi hasilnya nihil. Tubuhku tak bergeming sedikitpun.

            “Sial.” Umpatnya saat melihat tubuhku yang sama sekali tidak bergerak. Ia melepaskan uluran tangannya, dan tak lama aku melihatnya masuk ke dalam van ini.

            “Ya! Kau gila! Buat apa kau masuk!?” Seruku memandangnya dengan tatapan terkejut. Kami semua ingin keluar tapi ngapain yeoja ini malah masuk?

            “Untuk menolongmu, oppa. Ayo! Cepat!” Ia menggeser tubuh gempal sang supir yang menindisku, hingga seperempat badanku sudah selamat. Tapi masih belum bisa terlepas. Dia menghela nafas putus asa.

            “Tidak bisakah oppa menyewa supir yang lebih kurus?” Tanyanya kesal.

            Aku hanya bisa tersenyum mendengar umpatannya. “Lebih baik kau menolong Heechul dan Ryeowook dulu, Hye Jung-ah. Mereka lebih parah keadaannya.” Tuturku sambil menunjuk ke arah bangku belakang. Hye Jung mengangguk siap. Ia langsung merangkak ke bangku belakang dan mengangkat kursi yang menahan kaki Heechul.

            Beberapa detik setelahnya aku mendengar bunyi mobil polisi dan ambulans. Aku menghela nafas lega meskipun aku belum berhasil keluar. Kudengar suara dongsaeng-dongsaengku meneriakkan namaku dari luar sana.

            Aku memandang ke arah bangku belakang. Aku lega sekali karena kulihat Donghae, Heechul dan Ryeowook sudah berada di ambang pintu. Mereka selamat.

            “Ayo uri leader. Bertahanlah!” Hye Jung kembali padaku. Aku hanya tersenyum pahit ke arahnya.

            “Han, tuk, set!” Hitungnya sambil berusaha keras menggeser tubuh sang supir. Dan... gotcha! Berhasil! Kini seluruh tubuhku sudah dapat digerakkan dengan bebas. Aku langsung memanjat ke atas hingga sekarang sebagian tubuhku sudah berada di luar.

            “Oppa, aku akan berusaha mengangkat tubuh si supir ini, dan kau menariknya, ya?” Ujarnya sambil mendorong badan supir gemuk itu. Aku langsung memanggil member lain supaya membantuku dan Hye Jung.

            Tak lama kemudian, sang supir sudah berhasil dikeluarkan. Aku menghela nafas lega untuk yang kedua kalinya. Saat aku akan menolong Hye Jung keluar, tanganku keburu ditarik oleh Sungmin dan Shindong.

            “Ya! Hyung! Apa yang kau lakukan di atas sana? Mobil bisa meledak kapan saja!” Seru Sungmin masih memegang tangan kananku.

            “Ta-tapi Hye Jung masih disana! Kita harus menolongnya!” Seruku panik sambil berusaha lepas dari pegangan Shindong.

            “Hye Jung? Siapa dia?” Tanya Sungmin.

            “Pokoknya kita harus menolongnya, Ming. Lepaskan tanganku!” Akhirnya aku terbebas dari kekangan mereka berdua. Tapi seorang polisi langsung menahanku.

            “Jangan dekat-dekat, Leeteuk-ssi. Mobilnya akan meledak. Terlalu berbahaya.” Ucapnya.

            “Andwae! Hye Jung masih disana! Aku harus menyelamatkannya, Pak!” Seruku keras. Aku sudah ingin menangis.

            DUAAARRRRR!!!!! Terdengar suara ledakan yang dahsyat diikuti dengan api yang mengepul. Jantungku langsung berhenti berdetak. Van hitam yang ada di depanku kini sudah tidak berbentuk lagi. Tangisku sudah tidak dapat ditahan.

***

To Be Continued


 
Dazzling © 2012 | Designed by Canvas Art, in collaboration with Business Listings , Radio stations and Corporate Office Headquarters