CHAPTER 1 [LEETEUK]
Namaku
Park Jungsoo, lebih dikenal sebagai Leeteuk yang berarti ‘spesial. Ya, aku
memang terlahir spesial. Tapi bukan spesial yang berarti berkebutuhan khusus
loh ya, aku spesial dalam arti yang sesungguhnya. Dianugrahi wajah tampan,
lesung pipit, dan kepribadian yang baik yang kumaksud dengan spesial.
Aku
percaya bahwa di Korea tidak ada satupun orang yang tidak mengetahuiku. Ya, aku
adalah leader dari sebuah grup rintisan SM Entertainment, Super Junior 05.
Kalian semua mengetahuinya kan? Tentu saja. Aku sangat yakin untuk hal ini. Dan
bila kalian menjawab tidak, aku yakin pasti kalian ketiduran selama
bertahun-tahun sehingga tidak mengetahui kami.
Grupku
ini baru-baru saja debut dengan single pertama kami, Twins. Tetapi penampilan
kami sudah berhasil menyita perhatian orang seluruh Korea. Padahal saat trainee
dulu aku sudah nyaris ingin kabur saking sedihnya karena tidak debut-debut.
Tapi ternyata usahaku selama 5 tahun ini membuahkan hasil yang sebanding.
Seluruh
anggota di grupku berjumlah 12 orang. Selain aku ada si 4D aneh bernama Kim
Heechul. Kemudian si namja China yang bahasa Koreanya tidak lebih baik dari
anak TK, Tan Hangeng a.k.a Hankyung. Si kepala besar yang bersuara emas, Kim
Jongwoon a.k.a Yesung. Si pemabuk tidak tahu malu, Kim Youngwoon a.k.a Kang In.
Si gembul yang jago menari, Shin Dong-hee. Si gigi kelinci penyuka warna pink
Lee Sungmin. Si ikan playboy tampan Lee Donghae. Si monyet yadong kelebihan
gusi Lee Hyukjae a.k.a Eunhyuk. Si bocah sempurna pewaris tunggal hyundai, Choi
Siwon. Si jago masak yang suaranya daebak, Kim Ryeowook. Dan yang terakhir
adalah Kim Kibum, maknae tampan yang senyumnya bisa membunuh ribuan yeoja yang
melihatnya.
Kalau
aku... hanya leader biasa yang menurut semua orang memiliki hati yang sangat
mulia. Oleh karena itulah aku berhasil mendapatkan gelar Angel Without Wings di
Super Junior 05.
***
Pagi
ini adalah pagi yang cerah sekali, burung-burung menyanyi riang dan angin
berhembus sepoi-sepoi, cocok sekali menjadi latar untuk kegiatan yang akan kami
lakukan pagi ini.
Ya,
hari ini kami akan ada show di Mnet
Countdown. Aku dan kesebelas dongsaengku sedang bersiap-siap menuju ke
sana.
“Ya!
Kalian lama sekali! Aku sudah menunggu lebih dari setengah jam!” Seruku sebal
karena mereka memang lelet sekali.
“Sabarlah,
hyung. Kita harus tampil maksimal kan?” Tiba-tiba Donghae keluar dari kamarnya
diikuti dengan Eunhyuk di belakangnya.
“Tidak
ada hubungannya, Donghae-ah.” Ujarku.
“Terserah
kau lah, hyung.” Donghae menggendong tasnya dan berjalan melintasiku.
“Semua
sudah siap? Ayo kita berangkat.” Prince Manager muncul dari balik pintu. Kami
semua langsung mengambil tas dan mengikuti Prince Manager ke lapangan parkir basement.
Aku,
Donghae, Eunhyuk, Heechul, Ryeowook dan Yesung di tempatkan dalam van pertama.
Sisanya ada di van kedua. Aku mengambil iPod dan menyalakan musik. Di sudut
mataku aku bisa melihat Heechul sibuk dengan cerminnya, sementara Donghae
membaca buku, Eunhyuk mengambil posisi tidur, dan Ryeowook serta Yesung
mengetes suara. Mereka bernyanyi-nyanyi menyamakan suara mereka. Aku kembali
menghadap depan. Tess... setitik air
jatuh membasahi kaca depan van yang kami tumpangi. Hujan. Padahal tadi pagi
suasananya begitu cerah. Semoga ini bukan pertanda buruk.
30
menit telah berlalu. Akhirnya kami sampai di depan gedung Mnet. Aku langsung
mengenakan topi dan kacamata hitamku saat akan turun. Kami sedikit terlambat
karena Eunhyuk sulit sekali dibangunkan. Terpaksa Prince Manager menyiramkan
wajahnya dengan air hujan. Donghae tak berhenti tertawa melihat temannya itu
marah-marah gara-gara dibangunkan dengan cara yang tidak terhormat.
“Hyung,
bagaimana kalau penampilan kita hari ini jelek?” Aku menoleh ke arah Ryeowook.
Dongsaeng berwajah polosku itu tampak sangat cemas. Aku tersenyum.
“Ani,
Wook-ah. Kita pasti bisa. Kita sudah berusaha kan?” Ujarku meyakinkannya. Ia
hanya mengangguk. “Ayo kita berdoa dulu.” Aku mengajak dongsaeng-dongsaengku
itu mengumpul jadi satu. Kami berdoa untuk kesuksesan acara ini.
***
“Sudah
kubilang, hyung. Semua ini nggak bakalan seperti yang kita inginkan.” Tutur
Ryeowook. Diwajahnya tersirat rasa malu dan kecewa. Tidak berbeda dengan wajah
Donghae yang berada di sebelahnya.
“Kenapa
sih terjadi hal begini di panggung mnet pertama kita? Sial.” Umpat Eunhyuk
kesal. Aku tidak menanggapinya. Otakku langsung memutar ulang kejadian di
panggung tadi.
Di
awal-awal lagu penampilan kami sangat lancar. Tidak ada yang melakukan kesalahan.
Kami membuat seluruh penonton yang ada disitu terkesima.
Tetapi,
musibah terjadi saat pertengahan lagu. Tiba-tiba musik mati. Beberapa dari kami
ada yang melanjutkan menari dan menyanyi tapi ada juga yang berhenti. Sehingga
saat musik dinyalakan lagi tarian kami tidak kompak dan tidak sinkron dengan
musiknya. Saat itu terdengar teriakan mengejek dari bangku penonton. Kami
berhenti menari dan langsung membungkuk, berlari ke belakang panggung. Kami
benar-benar malu saat itu.
“Kita
harus protes sama staff audionya.” Seru Eunhyuk masih terlihat kesal.
“Sabarlah,
Hyuk. Tidak semuanya kesalahan staff-nya.” Donghae menenangkan teman di
sebelahnya itu.
“Tapi
kita malu banget, Hae-ya! Bagaimana kalau Soo Man-nim marah-marah dan kita
dikeluarkan dari SM?” Kemarahan Hyuk semakin membara.
“Kau
terlalu berlebihan, Hyuk. Tidak mungkin hanya karena ini kita dikeluarkan dari
SM.” Balas Yesung cuek.
“Tapi,
hyung... mungkin—”
“Sudah
berhenti!” Bentakku. Eunhyuk langsung diam. “Kalian ini sudah keadaannya
seperti ini masih saja bertengkar. Aku sudah sangat pusing memikirkan kejadian
tadi! Ditambah lagi dengan pertengkaran kalian,” lanjutku sambil melepas earphone-ku. “Hyuk, disini yang sebal
dan malu tidak hanya kau. Semuanya! Jadi berhenti marah-marah tidak jelas dan
dinginkan kepalamu!”
“N-ne,
hyung.” Ucap Eunhyuk sambil menunduk.
Ckitttt!!!!! Tiba-tiba tubuhku langsung
terlempar ke depan. Kepalaku membentur dashboard
mobil. Sial, sakit sekali.
“Ya!
Ada apa, pak? Kenapa berhenti mendadak gitu?” Seru Donghae dari bangku
belakang. Kepalaku masih terasa pusing.
“Mi-mian.
Itu... ada seorang yeoja di depan mobil.” Ujarnya terbata-bata. Aku langsung
mengangkat kepalaku ke depan. Ya, memang benar. Ada seorang yeoja berdiri tepat
di depan van kami sambil membawa sebuah poster besar. Yeoja itu tersenyum.
“Apa-apaan
sih yeoja itu? Ayo kita turun, hyung.” Eunhyuk membuka pintu mobil. Aku
langsung ikut turun sebelum kejadian yang tidak diinginkan terjadi.
“Apa
yang kau lakukan disini? Siapa kau?” Tanya Eunhyuk. Tidak terlalu keras tapi
tetap saja ada nada kesal dalam suaranya.
“Mi-mianhae.”
Yeoja itu menunduk. “Hye Jung imnida. Aku berusaha memanggil kalian semua tadi
tapi van kalian keburu jalan. Jadi terpaksa aku berdiri di tengah jalan agar
kalian mau berhenti.” Lanjut yeoja yang bernama Hye Jung ini. Kulihat ke arah
poster yang dia bawa. Gambar kami.
“Apakah
kamu seorang ELF?” Tanyaku pelan. Hye Jung mengangguk.
“Ne!
Aku sangat mengagumi kalian. Tapi sayang sekali tadi aku tidak bisa menonton show kalian di mnet tadi.” Lanjutnya.
“Bagaimana tadi penampilan kalian? Lancar?” Tanyanya dengan girang. Kami semua
langsung diam membeku. Tidak ada yang berani menjawab termasuk Heechul yang
biasanya frontal.
“Itu
bukan urusanmu.” Tiba-tiba Hyuk bersuara. Wajahnya tampak benar-benar kesal.
Dia memang sedang badmood sekali.
“Lagian apa sih yang kamu lakukan? Kamu gila ya? Kalau supir kami tidak
menyadari keberadaanmu aku yakin sekarang kamu sudah mati terlindas! Tak
bisakah kamu mencari cara lain untuk bertemu kami?” Kini nada suara Hyuk
meninggi. Kusenggol rusuknya tapi ia tetap tidak menghiraukannya.
“Ne.
Perbuatanmu terlalu nekat, Hye Jung-ah. Lebih baik sekarang kamu pulang.”
Yesung menambahkan.
“Mianhae...”
Yeoja itu kembali menunduk. “Tapi bisakah aku meminta tanda tangan dan foto
kalian?” Tanya yeoja itu.
“Ani.
Aku sedang tidak mood.” Jawab Hyuk
berjalan kembali ke arah van.
“Mianhae,
Hye Jung-ah. Kami benar-benar sedang kesal sekarang, lebih baik kau pulang.”
Ujar Donghae, mengikuti Hyuk ke arah mobil. Begitu juga dengan Yesung dan
Heechul. Tersisa aku dan Ryeowook.
“Oppa...”
Yeoja itu menarik lengan bajuku. “Ada apa dengan mereka semua? Mereka kenapa?”
Tanyanya melas.
“Gwenchana,
Hye Jung-ah. Mereka hanya tidak senang dengan show tadi.” Jawabku selembut mungkin.
“Tapi
aku ingin tanda tangan kalian!” Serunya. Aku dan Ryeowook bertatapan.
Tiba-tiba
terdengar klakson mobil. Kami menoleh ke belakang.
“Cepat
sedikit, hyung! Aku ingin beristirahat!” Seru Eunhyuk dari dalam van. Aku
menoleh ke arah yeoja tadi.
“Mianhae,
Hye Jung. Mungkin lain kali.” Ujar Ryeowook sambil memegang pundak yeoja itu.
“Jebal...
ini adalah hari terakhirku di Seoul. Aku sudah tidak akan bisa melihat kalian
secara langsung lagi seperti ini.” Paksa yeoja ini menarik-narik lengan bajuku
dan Ryeowook. Ryeowook sudah tampak sebal.
“Sudah
kubilang kan, lain kali? Mood kami
tidak sedang baik disini. Lebih baik kau pulang saja. Mungkin kita akan bertemu
lagi suatu saat nanti. Annyeong, Hye Jung-ah.” Ryeowook menarik tanganku ke
arah van. Aku menoleh ke arah Hye Jung. Wajahnya menyiratkan kekecewaan yang
besar. Aku tidak tega tapi aku memang benar-benar sedang kesal. Aish, kenapa
aku dilahirkan menjadi orang baik?
“Menyebalkan
sekali yeoja itu.” Gumam Wook saat kami semua sudah sampai di van.
“Ne.
Dia datang saat kita sedang sangat kesal.” Imbuh Hyuk. Van kami kembali
berjalan. Melewati yeoja tadi yang masih memandang kami dengan tatapan kecewa.
Aku kembali meraba-raba keningku yang terbentur tadi. Aish, benjol.
Hujan
kembali turun. Kini lebih deras daripada tadi. Jalanan di depan sudah nyaris
tidak kelihatan.
“Pak,
perhatikan benar-benar lampu merahnya. Hujan seperti ini banyak terjadi kecelakaan.”
Ujarku. Sang supir mengangguk.
Van
kami berjalan dengan kecepatan yang diturunkan. Ya, takut terjadi hal-hal buruk
yang tidak diinginkan. Aku memandang ke arah Hyuk yang bersandar pada pegangan
pintu sambil menatap keluar jendela. Dongsaengku yang satu itu memang susah
mengontrol emosinya. Wajahnya benar-benar tampak kesal. Iya sih, siapa juga
yang tidak kesal kalau terjadi kesalahan seperti tadi? Aku masih memandang
wajahnya. Ada yang janggal. Lama kelamaan wajah Hyuk menegang. Matanya membulat,
mulutnya menganga tetapi masih menatap ke luar jendela. Seolah-olah ada hantu
diluar sana.
“PAK
AWAS!!!!!” Tiba-tiba ia berteriak. Aku langsung terkejut. Tidak sempat aku
menyadari apa maksudnya, terdengar bunyi yang sangat keras.
BRRAAAAKKK!!!!!!! Sesuatu yang besar
menghantam bagian kanan van kami. Kudengar teriakan Ryeowook dan Heechul dari
belakang. Bisa kurasakan kalau sekarang van kami terguling. Aku menutup seluruh
wajahku dengan tangan karena pecahan kaca depan van kami terus menghujaniku.
Van kami masih belum berhenti berguling. Badanku terlempar-lempar ke kanan dan
ke kiri. Kudengar desahan-desahan dongsaeng-dongsaengku menahan sakit.
“Aaakkhh!!!”
Kudengar jeritan Hyuk tepat saat van berhenti berguling. Keadaan van sekarang
benar-benar parah. Bagianku berada di bawah dan bagian Hyuk serta sang supir
berada di atas. Hujan memasuki van kami melewati kaca jendela supir yang sudah
bolong.
“Ka-kalian
tidak kenapa-napa?” Tanyaku merangkak dengan susah payah ke arah mereka karena
tubuh sang supir menggencet sebagian tubuhku.
“G-gwenchana...
tapi, Eunhyuk tidak sadarkan diri!” Terdengar teriakan Donghae dari belakang.
Wajahnya bersimbah darah. Tapi masih tidak lebih buruk dibanding Eunhyuk yang
sebagian besar tubuhnya benar-benar terkoyak. Posisinya tadi adalah posisi yang
bersentuhan langsung dengan kendaraan yang menabrak kami tadi.
“Hyung,
tanganku sakit sekali. Jinjja...” Terdengar isakan Ryeowook dari belakang.
Memang benar tangannya dipenuhi dengan cairan merah segar.
“Kakiku
tidak bisa digerakkan...” Kali ini Heechul yang bersuara. Jantungku langsung
terasa berhenti berdetak melihat keadaan dongsaeng-dongsaengku yang semiris
ini.
“Lebih
baik ayo kita segera keluar dari sini! Aku takut mobil ini bakalan meledak!”
Seruku sambil meraih perseneling sebagai tempat berpegangan.
Donghae
dan Yesung berusaha mendobrak pintu samping kanan yang sudah hancur sebagian.
Akhirnya terbuka. Donghae menarik tubuh Hyuk dan langsung melemparkannya
keluar. Ia juga menarik Heechul yang kakinya tersangkut pada kursi. Benar-benar
perjuangan antara hidup dan mati. Aku juga berusaha melepaskan diri dari tubuh
sang supir yang tampaknya tidak sadarkan diri. Sial, sulit sekali. Supir ini
benar-benar gemuk.
Hujan
kini berhenti. Sial, kenapa saat seperti ini hujannya malah berhenti?
Kemungkinan meledak semakin besar.
“Semuanya
sudah berhasil keluar?” Tanyaku menatap ke arah bangku belakang. Heechul masih
berkutat dengan kursi yang menjepitnya.
“Baru
Hyuk dan Yesung hyung! Yesung hyung sedang mencari pertolongan!” Seru Donghae
dengan susah payah membantu Heechul terlepas. Tapi benar-benar sulit. Donghae
sudah tampak kehabisan tenaga. Begitu juga denganku yang masih melepaskan diri
dari badan sang supir. Sial, aku menyerah.
“Pegang
tanganku!” Tiba-tiba aku mendengar suara seorang yeoja. Aku menoleh ke atas.
Mataku langsung membulat terkejut. Hye Jung mengulurkan tangannya sambil
menatapku nanar.
“K-kau?”
Aku masih belum bisa percaya. Aku mengucek mataku dengan kedua tanganku yang
sudah berlumuran darah.
“Oppa!
Pegang tanganku! Cepat! Jebal!” Serunya lagi. Tanpa banyak ba-bi-bu aku
menerima uluran tangannya dan berusaha sekeras mungkin lepas dari tubuh supir
sialan ini. Tapi hasilnya nihil. Tubuhku tak bergeming sedikitpun.
“Sial.”
Umpatnya saat melihat tubuhku yang sama sekali tidak bergerak. Ia melepaskan
uluran tangannya, dan tak lama aku melihatnya masuk ke dalam van ini.
“Ya!
Kau gila! Buat apa kau masuk!?” Seruku memandangnya dengan tatapan terkejut.
Kami semua ingin keluar tapi ngapain yeoja ini malah masuk?
“Untuk
menolongmu, oppa. Ayo! Cepat!” Ia menggeser tubuh gempal sang supir yang
menindisku, hingga seperempat badanku sudah selamat. Tapi masih belum bisa
terlepas. Dia menghela nafas putus asa.
“Tidak
bisakah oppa menyewa supir yang lebih kurus?” Tanyanya kesal.
Aku
hanya bisa tersenyum mendengar umpatannya. “Lebih baik kau menolong Heechul dan
Ryeowook dulu, Hye Jung-ah. Mereka lebih parah keadaannya.” Tuturku sambil
menunjuk ke arah bangku belakang. Hye Jung mengangguk siap. Ia langsung
merangkak ke bangku belakang dan mengangkat kursi yang menahan kaki Heechul.
Beberapa
detik setelahnya aku mendengar bunyi mobil polisi dan ambulans. Aku menghela
nafas lega meskipun aku belum berhasil keluar. Kudengar suara
dongsaeng-dongsaengku meneriakkan namaku dari luar sana.
Aku
memandang ke arah bangku belakang. Aku lega sekali karena kulihat Donghae,
Heechul dan Ryeowook sudah berada di ambang pintu. Mereka selamat.
“Ayo
uri leader. Bertahanlah!” Hye Jung kembali padaku. Aku hanya tersenyum pahit ke
arahnya.
“Han,
tuk, set!” Hitungnya sambil berusaha keras menggeser tubuh sang supir. Dan...
gotcha! Berhasil! Kini seluruh tubuhku sudah dapat digerakkan dengan bebas. Aku
langsung memanjat ke atas hingga sekarang sebagian tubuhku sudah berada di
luar.
“Oppa,
aku akan berusaha mengangkat tubuh si supir ini, dan kau menariknya, ya?”
Ujarnya sambil mendorong badan supir gemuk itu. Aku langsung memanggil member
lain supaya membantuku dan Hye Jung.
Tak
lama kemudian, sang supir sudah berhasil dikeluarkan. Aku menghela nafas lega
untuk yang kedua kalinya. Saat aku akan menolong Hye Jung keluar, tanganku
keburu ditarik oleh Sungmin dan Shindong.
“Ya!
Hyung! Apa yang kau lakukan di atas sana? Mobil bisa meledak kapan saja!” Seru
Sungmin masih memegang tangan kananku.
“Ta-tapi
Hye Jung masih disana! Kita harus menolongnya!” Seruku panik sambil berusaha
lepas dari pegangan Shindong.
“Hye
Jung? Siapa dia?” Tanya Sungmin.
“Pokoknya
kita harus menolongnya, Ming. Lepaskan tanganku!” Akhirnya aku terbebas dari
kekangan mereka berdua. Tapi seorang polisi langsung menahanku.
“Jangan
dekat-dekat, Leeteuk-ssi. Mobilnya akan meledak. Terlalu berbahaya.” Ucapnya.
“Andwae!
Hye Jung masih disana! Aku harus menyelamatkannya, Pak!” Seruku keras. Aku
sudah ingin menangis.
DUAAARRRRR!!!!! Terdengar suara ledakan
yang dahsyat diikuti dengan api yang mengepul. Jantungku langsung berhenti
berdetak. Van hitam yang ada di depanku kini sudah tidak berbentuk lagi.
Tangisku sudah tidak dapat ditahan.
***
To Be
Continued