Ham Sohee disini adalah Krystal Jung
“Yak! Kau selalu memaksaku, Lee Hyukjae!”
Aku menarik tanganku dari pegangan namja
bodoh tukang paksa ini. Kemarin ke studio musik. Kemarin lusa ke aula dance. Sekarang kemana lagi? Dia sudah
gila. Dia pikir aku budaknya yang bisa ia suruh-suruh kemana-mana?
“Kau harus mau ikut! Aku tidak mau tau!”
Monyet jalang ini terus menarikku ke arah gerbang. Aku terus memberontak
meskipun aku sangat tahu bahwa tidak ada jalan keluar bagiku jika sudah
berurusan dengan namja satu ini.
“Shireo!
Kau pikir aku kambing apa ditarik-tarik seperti ini?!” Ujarku marah.
“Aku tidak mau tahu kau harus ikut!”
Bentaknya tak kalah keras. Sialan, kenapa jadi dia yang marah? Kan aku
korbannya disini. “Kajja!” Paksanya
lagi. Dasar namja keras kepala!
“Yak! Lee Hyukjae!!” Aku berseru marah.
Benar-benar marah. Kini aku sudah tidak bisa menahan emosiku lagi. Hyukjae
benar-benar sudah keterlaluan. Sejak kecil aku sudah menjadi sahabat
baiknya—sejak kecil pula aku menjadi budaknya. Dia selalu menyuruhku tanpa
ampun. Hal sekecil apapun selama dia malas dan ingin aku yang melakukannya, aku
akan selalu dipanggil olehnya. Meskipun dia memang selalu melindungiku,
menyelamatkan nyawaku, tapi paksaannya... ya Tuhan... dia bakalan selalu
kehilangan yeojachingu-nya kalau
begini caranya. Dan kurasa, hari ini dia akan kehilangan sahabatnya.
“Sohee...ya?” Hyukjae menatap wajahku
yang sudah memerah saking marahnya.
“Kau pikir kau siapa?! Yang bisa
menyuruhku melakukan apapun semaumu?! Kau pikir aku boneka? Atau budak mungkin?
Jika selama ini kau menganggap bahwa aku pantas disuruh dan dipaksa dengan
alasan karena aku sahabatmu, kau salah. Kau benar-benar salah mengartikan kata
‘sahabat’ itu.” Ucapku dengan penuh penekanan di nyaris seluruh kata. Emosiku
benar-benar sudah berkobar sekarang. Hyukjae sendirilah yang mengibarkan
bendera perang kepadaku.
“Sohee? Kau... kenapa?” Hyukjae masih
menatapku bingung. Cih, bodoh sekali.
“Mulai detik ini kita sudah tidak
berhubungan lagi. Anggap saja bahwa aku tidak mengenalmu dan kamu tidak
mengenalku. Kita bukan sahabat lagi.” Ucapku telak. Aku benar-benar harus
mengatakannya. Sebelum aku terikat dengan maunya selamanya. Walaupun sebenarnya...
hatiku berat sekali mengatakannya. Bagaimana tidak? Namja inilah yang sudah 16 tahun mengisi kekosongan hidupku karena
ditinggal oleh kedua orang tuaku. Dialah yang selalu ada disisiku. Tapi sayang
sekali. Sifatnya itu benar-benar tidak sesuai dengan mauku.
“Kuharap juga begitu.” Hyukjae membalas
penjelasanku sembari tersenyum samar. Hah? Apa maksudnya tadi? “Aku juga
berharap kita memutuskan tali persahabatan ini.” Tambahnya, memperjelas
semuanya. Aku benar-benar terkejut saat ini. Dia... berpikir seperti itu? Sial,
hatiku semakin sakit saja dibuatnya.
“Hyukjae...”
“Dan sebelum kita resmi memutuskan
hubungan ini, aku punya permintaan terakhir.” Kini Hyukjae sudah tidak bersikap
tukang paksa seperti biasanya. Malahan aku bisa melihat pancaran sinar tulus
dari wajahnya. Apakah... kata-kataku sudah keterlaluan? Apakah dia membenciku?
Apakah dia benar-benar tidak mau menjadi sahabatku lagi?
“Kuharap sekarang juga kau pergi ke aula
1 di lantai 2. Aku mohon. Ini bukan paksaan. Tapi permohonan.” Ucapnya pelan—memohon.
Bukan memaksa.
Hanya dalam hitungan detik dia sudah
pergi meninggalkanku yang menatap punggung bidangnya itu. Apakah... semudah
ini? Semudah ini dia menyelesaikannya? Setelah apa yang ia perbuat selama 16
tahun ini?
Air mataku tidak dapat dibendung. Aku
benar-benar bodoh. Jika dari awal aku tahu Hyukjae se-sensitif ini seharusnya
aku tidak berkata seperti tadi. Sial. Kenapa aku selabil ini? Membencinya
dan... mencintainya dalam waktu yang bersamaan, mungkin?
Baiklah, kuakui aku mencintainya. Sejak 3
tahun yang lalu. Sejak aku benar-benar mengerti apa itu cinta.
Entah kenapa aku menganggap semua
paksaannya adalah rasa pedulinya kepadaku. Kepedulian dalam bentuk lain.
Bukankah dengan menyuruh orang yang kita sayang ikut bersama kita artinya secara
tidak langsung kita menjaga orang itu? Menjaga agar orang itu selalu berada
disisi kita? Sial, kenapa aku baru menyadari ini? Tapi sudahlah. Semuanya sudah
terlanjur. Persahabatan kita hanya sampai sini saja.
Aku membuka pintu aula perlahan. Suara decitan
pintu tersebut menutupi isak tangis sesalku. Gelap.
Aku mencari saklar lampu dan
menghidupkannya. Dan bisa kurasa jantungku berpacu lebih cepat dari biasanya.
Aku terkejut. Aula seolah-olah sudah
disihir menjadi taman bunga yang sangat indah. Bunga mawar menghiasi seluruh
dinding dan meja. Karpet merah panjang langsung menyambutku. Seolah-olah aku
adalah Kwon BoA—penyanyi terkenal itu—yang sedang berada di red carpet suatu acara award.
Aku berjalan menapaki karpet merah itu dengan perlahan. Sambil memandangi seluruh sudut aula yang benar-benar tampak beda. Aula olahraga itu kini menjadi tempat resepsi yang sangat indah.
Hyukjae.
Aku tersenyum. Dia. Dialah yang telah
mempersiapkan ini. Aku sangat yakin.
Aku mengambil secarik kertas yang menjadi
ujung dari karpet merah ini. Hmmpph...
kertas ini harum.
Annyeonghaseyo,
Ham Sohee! Kejutan!!! Aku tahu ini sangat cheesy
dan mellow sekali untukmu yang
tomboi dan tidak romantis itu, tapi asal kau tahu butuh waktu nyaris 3 jam
untuk mempersiapkan semua ini. Kau terkejut? Kkk... aku tau. Wajahmu pasti
bodoh sekali saat ini...
Hyukjae,
disaat seperti ini kau masih saja bercanda, Gumamku tersenyum.
Menurutmu
kenapa aku melakukan ini? Tentu saja karena aku mencintaimu. Dan jika sebelum
kau datang ke aula aku mengatakan bahwa ingin memutuskan tali persahabatan
diantara kita, itu memang benar. Bukan hanya sekedar untuk membuatmu sedih. Aku
benar-benar tidak ingin bersahabat lagi denganmu. Aku ingin lebih. Sungguh. Dan
untuk memperjelas semuanya, bukalah halaman selanjutnya. Ada pertanyaan yang
kupaksa kau untuk menjawabnya dengan memilih satu antara opsi a, b atau c...
Aku membalik kertas tersebut. Dasar Hyukjae bodoh! Bagaimana caranya aku
membuka lembar selanjutnya jika dia hanya menyediakan satu lembar kertas?
Dan aku bisa melihat sebaris pertanyaan
disana. Benar-benar pilihan yang sangat sulit.
Would you be my girlfriend?
a. Yes
b. A
c. B
Yak! Dasar tukang paksa!!!
***
THE
END