Title : Eternity
Author : pearlshafirablue
Cast : Baekhyun [EXO-K] – Jessica [SNSD] – Bora [SISTAR]
Other Cast : Other kpop idol
Genre : Fantasy – Romance
Length : Chaptered [3 of 6] – 6 pages
Disclaimer : All of the characters is God’s and themselves’. The story is mine.
pearlshafirablue®
“BYUN BAEKHYUN!”
Aku langsung membuka paksa mataku dan terduduk. Nafasku tersengal-sengal dan bisa kurasakan bajuku basah oleh keringat. Aku mengerjap-ngerjapkan mata.
“Jessica?” Aku menangkap bayangan Jessica yang berada di pinggir tempat tidurku sekarang dengan tatapan cemas.
“Apa yang terjadi? Dari tadi kau mengigau tak keruan. Maaf membangunkanmu.” Ucapnya mengacuhkan panggilanku tadi. Aku masih berusaha mengatur nafasku. Dan bisa kulihat seorang namja berdiri di depan pintu ruangan. Kyungsoo?
“Ya, Kyungsoo! Apa yang kau lakukan disini?” Tanyaku gamblang. Sejujurnya aku tidak terlalu dekat dengannya di sekolah.
“Kau lupa? Aku anak dari dokter pemilik rumah sakit tempat kau dirawat sekarang, Baekhyun-ssi. Aku sedang membantu abeoji-ku disini karena kebetulan, temanku sendiri yang dirawat.” Ucapnya datar.
Rumah sakit?
Aku mengedarkan pandanganku ke sekeliling ruangan. Ruangan putih dengan tirai hijau yang membentang di tengah ruangan, meja coklat yang berisi sebuah ceret dan cangkir, infus, stetoskop... kurasa, aku ada di rumah sakit yang sebenarnya sekarang.
“Ada apa Baekhyun-ah?” Tanya Jessica. “Hari ini kamu benar-benar membuatku kelabakan. Pertama, menelponku pukul 11 malam dan menyuruhku pergi ke perempatan Myunghee, kedua, mengejutkanku dengan mobilmu yang menembus tiang listrik dan ketiga, membuatku harus menangis saat melihatmu terkulai lemas penuh darah di sebelah mobilmu yang setengah hancur itu. Kau benar-benar menyebalkan, Baekhyun-ah.”
Aku hanya tersenyum tipis mendengar keluhan Jessica tadi. Untung saja aku masih punya yerrobun yang peduli sepertinya. Dan aku menyumpahi orang tuaku yang detik ini belum sampai di rumah sakit padahal anaknya nyaris dibunuh hantu. Aku bahkan tidak yakin mereka akan pulang. Kota Paris sudah membutakan mereka tampaknya.
Tunggu sebentar. Hantu?
“Aku bermimpi aneh, Jess.” Tuturku pelan.
“Tidak ada waktu untuk menceritakan ‘mimpi aneh’-mu sekarang, Baekhyun. Lebih baik kau jelaskan mengapa kau bisa menabrak tiang itu padahal menurutku jalanan Myunghee pada malam ini sangat lenggang.” Potongnya sambil menatapku intens.
“Tapi ini penting, Jess. Ini tentang... Sulli.” Ujarku.
“Mwo?” Jessica terkejut. “Jangan bilang kau... bermimpi buruk tentang Sulli?”
“Yah, begitulah.” Balasku lirih. “Aku bermimpi aku dikurung dalam ruangan aneh dan dia tiba-tiba masuk. Matanya merah dan ada pisau di tangannya.” Jelasku. “Apakah dia menyimpan dendam kesumat padaku karena kucampakkan waktu itu?”
“Hah?!” Terdengar suara dari sisi kiri. Aku dan Jessica serempak menoleh. Kyungsoo memandangku dengan tatapan kau-apakan-sulli. “Jadi kau yang membuat Sulli bunuh diri?!” Tanyanya retoris sambil menatapku tajam.
“Kau mencuri dengar, Kyungsoo-ya?” Balasku tak acuh.
“Jawab aku, Baekhyun-ah. Kau alasan Sulli bunuh diri?” Ulangnya tanpa memedulikan pertanyaanku tadi. “Kau memang brengsek, Baekhyun. Sifat playboy-mu itu sudah melewati batas. Selain mempermainkan hati yeoja kau juga mempermainkan nyawanya.”
“Tutup mulutmu, Kyungsoo. Ini tidak seperti yang kau bayangkan. Yang harus kau tahu, Sulli tidak akan bunuh diri hanya karena masalah putus cinta seperti ini. Lagipula, dia hanya kupacari 3 hari. Dia tidak akan terlalu mengambil pusing masalah seperti ini.” Bantahku keras. Aku tidak mau diklaim sebagai pembunuh—psikologis tepatnya.
“Aku akan memberi tahu ini pada Siwon sunbae. Aku yakin dia sangat suka informasi ini.” Kyungsoo tersenyum miring ke arahku dan beberapa detik kemudian dia sudah menghilang di balik pintu. Aku mendengus sebal.
“Sudah, abaikan saja Kyungsoo. Lebih baik kau istirahat sekarang. Aku akan menemanimu sampai besok.” Tutur Jessica lembut sambil menarik selimutku. Aku langsung membenamkan wajahku di bantal dan beberapa detik kemudian bisa kurasakan aku sudah masuk ke alam mimpi.
pearlshafirablue®
“PEMBUNUH!”
“KILLER!”
Aku berjalan menelusuri lorong menuju kelas tanpa menghiraukan sumpah serapah dari teman-temanku yang kutemui di jalan. Kyungsoo brengsek. Pasti dialah yang menyebarkan gossip miring ini ke satu sekolah. Awas saja dia nanti.
“Hei, girls. Ada playboy killer lewat.” Aku menoleh ke samping setelah mendengar suara itu. Jia.
“Tahu tidak, dengar-dengar dialah yang membuat Sulli bunuh diri. Dia mematahkan hati Sulli dan kurasa Sulli sakit hati sekali dengannya sehingga memutuskan untuk bunuh diri.” Suaranya masih terdengar sinis. Aku meremas tanganku. “Untung saja aku tidak terlalu menganggapnya waktu itu. Jika saja aku sebodoh Sulli pasti aku juga sudah bunuh diri.” Lanjutnya sambil menatapku dengan smirk terpasang di bibirnya. Sooji, Fei sunbae, dan Minyoung—yeoja-yeoja yang merupakan teman akrab Jia—hanya menatapku sinis setelah mendengar ucapan Jia tadi.
Aku sudah tidak tahan. Aku mendekati mereka dengan amarah yang memuncak. Berniat memberi sedikit pelajaran pada mereka yang hobi bergossip itu.
“Baekhyun.”
Aku menoleh. Melihat Jessica yang menatapku lirih sambil menggeleng. Dia langsung mengajakku pergi dari situ sebelum aku menghabisi 4 yeoja itu.
“Sabarlah, Baekhyun. Kau belum pulih benar. Jangan melakukan hal-hal aneh lagi.” Ucap Jessica pelan. Sekarang kami sedang dalam perjalanan menuju kelas melewati taman belakang. Setidaknya disana tidak ada orang yang memanggilku pembunuh.
“Bagaimana bisa Kyungsoo menyebarkan berita ini dalam satu malam ke seluruh murid Gyeongju High School! Setahuku dia terkenal pembohong dan jarang sekali ada yang percaya dengannya.” Seruku menghiraukan teguran Jessica tadi.
“Kurasa, bukan hanya Kyungsoo yang menyebarkannya.” Balas Jessica tajam. Aku menyerngitkan dahi.
“Maksudmu, Jess?”
“Mungkin saja ada—”
“Baekhyun!”
Aku dan Jessica menoleh ke sumber suara. Yoon Bora. Dia memanggilku. Kuulangi, dia memanggilku.
“Bora memanggilku?” Aku terkejut bukan main. Jessica memandang tidak suka ke arah Bora. “Aku pergi dulu ya, Jess. Kurasa mood-ku sudah membaik. Doakan aku kali ini aku bisa mendapatkannya.”
Aku berlari ke arah Bora yang berdiri di ujung lorong. Wajahnya masih datar seperti saat aku bertemu dengannya terakhir kali.
“Hai, Bo—”
“Siapa yeoja itu?” Potong Bora—memandang Jessica dengan tatapan yang sulit kuartikan. Aku menoleh dan mendapati Jessica sudah beranjak meninggalkan tempat tadi.
“Ah, itu Jessica Jung. Dia sahabatku sejak kecil. Apa kau tidak pernah melihatnya di kelas?” Balasku. Bora menggeleng.
“Ani. Dan kuharap kau menjauhinya jika masih ingin berbicara denganku.” Ucapnya ketus. Aku terkejut.
“Mwo? Waeyo? Jessica sudah kuanggap saudara! Bagaimana bisa aku—”
“Kalau begitu jangan berbicara denganku lagi.” Potongnya—lagi. Aku masih tidak percaya seorang Bora yang belum mengenal Jessica mengatakan hal itu. “Anyway, Siwon sunbae memanggilmu.” Ujarnya sambil berlalu meninggalkanku.
Deg. Semoga saja ini bukan tentang Sulli.
Aku berjalan menyusuri lorong belakang sambil bertanya-tanya, apa maksud Bora menyuruhku untuk menjauhi Jessica yang notabene adalah sahabatku itu. Tidak ada satupun orang di dunia ini yang dapat memisahkan aku dari dia. Aku yakin itu—dulu. Tapi kurasa aku tidak tahu saat ini. Jujur... aku... sudah tersihir oleh pesona Bora—yeoja es itu. Dan kurasa, aku akan melakukan hal apa saja untuk mendapatkannya.
Tok tok tok
Aku mengetuk pintu ruang OSIS. Beberapa lama kemudian pintu di buka dan muncul Victoria sunbae di sana.
Aku langsung membungkuk hormat, “Annyeong, Victoria sun—”
BRRUGGH!!!
Aku jatuh tersungkur di lantai setelah mendapat hantaman tiba-tiba tadi. Kusentuh pinggir bibirku. Bisa kulihat darah tergenang di atas telunjukku. Aku mengadah ke atas.
“Jadi, Baekhyun-ssi, kau yang membuat yeodongsaeng-ku bunuh diri?” Siwon sunbae berjalan ke arahku dengan amarah yang terpancar dari wajahnya. Victoria sunbae dan Sunyoung mengikutinya dari belakang.
“Habisi dia, oppa. Gara-gara dia Sulli mati konyol.” Terdengar suara sinis dari Sunyoung. Aku memandangnya. Ia hanya mengirimkan sebuah smirk ke arahku.
BRRUAAK!!!
Aku kembali diterjangi pukulan. Kini aku menabrak dinding di belakangku. Kurasa bibirku sudah bengkak sekarang.
“Aaarggh...” Erangku kesakitan.
“Kau tahu, Baekhyun-ssi? Ini belum sebanding dengan apa yang dirasakan Sulli saat kau mencampakkannya! Aku yakin Sulli sedang tertawa puas di surga sekarang melihatku membalaskan dendamnya kepadamu.” Lanjut Siwon sunbae.
Sulli sudah membalaskan dendamnya sendiri dengan mendatangi mimpiku, sunbae.
“Dengar aku, Siwon sunbae. Ini tidak seperti yang kau pikirkan. Aku... aku tidak mencampakkan Sulli. Aku—”
“Shut up your mouth, Baekhyun-ssi!” Potong Siwon sunbae ketus. Tampaknya hari ini tidak ada satupun orang yang membiarkanku menyelesaikan kalimatku. “And this is for Sulli.” Siwon sumbae mengambil ancang-ancang untuk kembali memukulku. Tampaknya ini puncaknya. Aku tidak mungkin selamat dari ini. Kututup mataku meskipun aku tahu itu tidak akan mengurangi rasa sakitnya.
Eoh?
Kenapa lama sekali?
Aku membuka mataku perlahan. Jessica.
“Joesonghabnida, sunbae. Tapi sekarang kau sama sekali tidak sedang mencerminkan ketua OSIS yang baik. Memukuli murid lain, apa kau pikir itu baik? Tidak bisakah kalian bicarakan dengan kepala dingin? Bagaimana jika Teuk seongsaenim melihat?” Ulas Jessica tegas dan sopan, sembari memegangi tangan Siwon sunbae yang seharusnya sudah mendarat di wajahku.
“Ini bukan urusanmu, Miss Jung.” Kilah Siwon sunbae sambil menarik tangannya yang dicekal oleh Jessica.
“Ne, pergi dari sana, Jessica-ssi. Atau kau akan bernasib sama seperti temanmu di belakang itu.” Hardik Victoria sunbae, diikuti anggukan Sunyoung di belakangnya.
Siwon sunbae mendorong Jessica dengan kasar, dan kembali mengepal tangannya untuk memukulku. Tapi Jessica kembali berdiri di hadapannya dan mendorong tangan Siwon sunbae untuk menjauh dariku.
Aneh.
Bisa kulihat ekspresi Siwon sunbae berubah menjadi ketakutan. Begitu juga Victoria sunbae dan Sunyoung. Mereka memandang wajah Jessica—yang tidak bisa kulihat karena ia berdiri membelakangiku—dengan tatapan seolah-olah Jessica adalah hantu.
Hantu? Sial. Aku kembali teringat dengan hantu Sulli.
Selang beberapa detik kemudian, mereka bertiga sudah hilang dari hadapan kami berdua. Jessica berjongkok dan membantuku berdiri.
“Apa yang terjadi, Baekhyun-ah?”
“Seharusnya aku yang bertanya itu, Jessica-ya. Apa yang terjadi sehingga mereka bisa pergi begitu saja?” Introgasiku. Jessica hanya memutar bola matanya bingung.
“Aku hanya memelototi mereka, tampaknya wajahku akhir-akhir ini sudah seperti hantu sampai mereka bisa berlari terbirit-birit seperti itu hanya karena melihat wajahku. Hahaha.” Kekeh Jessica pelan. Aku hanya memandangnya sebal sambil membiarkannya mengobati lukaku dengan sapu tangannya. Aku semakin tidak yakin kalau aku bisa meninggalkan Jessica.
Aku memandang wajah Jessica yang sedang memeras sapu tangannya setelah dibasahi oleh air keran yang berada beberapa meter di samping kami. “Jessica-ya,”
“Hm?” Ia masih berurusan dengan saputangannya sehingga tidak menoleh ke arahku.
“Tadi Bora mengucapkan hal aneh kepadaku.” Tuturku pelan. Jessica menoleh ke arahku dengan tatapan yang menyeramkan. Ia langsung berlari ke arahku dan menaruh sapu tangannya di atas lantai.
“Apa? Apa yang dia katakan?!” Tanyanya antusias. Aku menelan ludahku. Ini sama saja seperti aku mengadu-domba mereka.
“Ah, aniya. Aku lupa tadi aku mau bicara apa.” Kilahku sambil tersenyum tipis. Jessica hanya memandangku sebal sambil kembali ke arah westafel dan mencuci sapu tangannya.
Sebuah pertanyaan berkecamuk dalam otakku. What’s wrong with them?
pearlshafirablue®
To be continued